Home Page

Rabu, 30 Maret 2011

GOWES : RANUPANI - CEMORO LAWANG

Merupakan etape terakhir dari target gowes  kami : Tour De Bromo Tengger Semeru
Etape ini akan melewati : Bantengan - Jemplang - Savana / Bukit Teletubies-segoro wedi - Cemorolawang

RIDING DI CERUK BUMI
Pengalaman gowes yang sungguh tidak akan terlupan, sepanjang jalur yg relative flat ini, kita dimanjakan panorama alam BTS lengkap dengan atraksi perubahan cuacanya dari menit ke menit.
Kita seolah riding melintas disebuah ceruk - antara dua tebing bumi YG tinggi atau seolah mirip sebuah samudra yg terbelah oleh tongkat Moses.
Kami berenam terus melaju berkejaran dengan kabut yg silih berganti, gulung menggulung berkejaran dengan pusaran angin di lembah Teletubis ini.
Sungguh eksotic, namun demikian jalur yg indah bak Shangri La ini jangan sekali sekali dipandang enteng.
TERIAK DALAM HENING
Sunyi senyap tanpa suara, kecuali desiran angin lembah yg bernuansa misteri
Gulungan kabut yg turun seolah ingin melumat kami
seolah ingin mennggerogoti nyali kami
bahkan degub jantung kamipun seolah teriakan dalam hening

Lembah savanna yg hijau berkabut ini, setiap saat akanbisa berubah menjadi penuh tantangan bagi seorang Goweser atau pendaki berpengalaman sekalipun.
Keindahan alam sepanjang jalur ini, membuat kita semua lupa apabila sedang ber adventure dengan sepeda…..semua sepeda nyaris ditinggalkan, untuk kemudian berpose …jepret jepret kamera ambil photo diri berlatar belakang BTS.
Sampe sampe salah seorang dari kami mendaulat ini adalah jalur NARSIS
Apabila anda backpacker, jalur ini juga bisa anda trekking dari Kota Malang menuju Tumpang dengan mobil pribadi atau angkutan umum, disambung dengan mobil JIP atau Truck Sayuran menuju desa Ranu Pani. Di Ranu Pani terdapat Pos pendakian dan dua buah danau (ranu) yang sangat indah, yakni Ranu Pani dan Ranu Regulo disebelah bawah. Desa Ranu Pani masuk dalam wilayah kabupaten Lumajang, yg bisa juga ditempuh dari kota Lumajang lewat Senduro.Seringnya kabut dan perubahan cuaca sebaiknya treking atau gowes dilakukan pagi-pagi. Bagi pendaki dan back packer ada jalur alternative yg lebih menantang selain lewat Jemplang, yaitu Luk Selawe, sangat curam karena dari post Bantengan langsung turun ke padang savana.Kami sendiri memilih lewat Jemplang yg relative lebih landai, untuk menembus Bromo.
Gowes atau trekking dari desa Ranu Pani atau desa Jemplang ke Bromo, berdurasi kisaran 2 sampai 3,5 jam. Karena : saya yakin selain capek Gowes anda juga cape berfoto.
Pemandangan di situs ini bagai sepenggal surga yang sengaja disempilkan oleh yg kuasa ke Bumi Tengger. Perjalanan sangat berbahaya bila dilakukan sore atau malam hari atau siang hari tapi cucanya gelap, karena jalanan tidak terlihat dan banyak sekali terdapat anjing liar ( baca srigala) yang dapat menyerang kita setiap saat, karenya sebaiknya bagi yg treking membawa tongkat.

Gowes dari Jemplang, langsung disambut dengan jalan turunan paving block yg panjang dan menyisir bukit yang sangat curam, sedikit perlu berhati-hati karena selain jalurnya sempit berkelok kelok pada sudut sudut kelokan juga tertutup oleh semak-semak yang tinggi.
Capek melakukan pengereman...heee...heeee ..walaupun brake set sepeda qta sudah memakai hydraulic system.
Downhill ini memanjang sejajar mengelilingi kompleks gunung Bromo mengiris tebing gunung Ider ider dan Bantengan, dengan ketinggian antara 600-800 meter, dan bergaris tengah 8-10 km, membentuk kaldera. Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera antara lain; G.Bromo (2.392m) G. Batok (2.470m) G. G.Kursi (2,581m) G.Watangan (2.662m) G.Widodaren (2.650m).

Di gunung Widodaren terdapat sebuah gua dengan batu besar di dalamnya sebagai tempat orang bersemedi dan sebagai tempat untuk menyimpan sesajen. Di dalam gua ini mengalir mata air yang tidak pernah kering...sayangnya kami tidak sempat mampir kesini.
Sesampai di bawah bukit kita sudah disambut oleh padang savana yang cukup luas. Sangat luas dan memanjang menuju ke Gunung Bromo, diapit oleh bukit dikedua sisinya, memantulkan suara angin sehingga terdengar mistis agak menakutkan.


Kami berenam , istirahat sebentar di padang savana di bawah bukit Teletubies, tampak sebuah Jip melintas ditengah padang rumput dari arah Gunung Bromo yang kemudian disusul oleh sebuah sepeda motor yang menyisakan deru dibelakang karena suasananya sangat sunyi.
Pemandangan ini sedikit menghibur karena ditengah padang rumput yang luas, dingin dan sangat sepi yg mencekam karena kawatir kawanan anjing liar yg biasa ada disetiap padang Savana.

Setelah gowes sekitar 2 jam melewati padang rumput yang luas, serta menikamati atraksi perubahan cuaca yg silih berganti anatara panas – kabut dan hujan, kita tetapkan etape recovery, untuk menghimpun tenaga menjelang padang pasir yg tentu membutuhkan tenaga extra.
Ditengah padang rumput kembali lewat sebuah mobil bak kecil mengangkut penuh sayuran dengan beberapa penumpang diatas sayuran. Terasa senang sekali berjumpa dengan sesama manusia di tempat asing seperti ini.
Perjalanan bertambah berat dengan melewati lautan pasir, matahari tepat berada diatas kepala, walaupun dikulit kita masih berasa dingin sekali karena hembusan angin.
Padang pasir yg kita takutkan dan antisipasi panas terik ternyata dingin dan membuat kita menggigil.
Sedikit curiga karena Jip jip yang sering saya temukan di padang pasir ini sangat jarang terlihat. Belakangan setelah di pos jaga, baru saya tahu bahwa kawasan ini sudah dinyatakan tertutup karena aktivitas Kawah Bromo sudah status AWAS.....busyettt...banget deh...
Semakin menapak ke lautan pasir kayuhan kaki semakin berat saja, seolah ada peri atau mahluk lain yg nyedot dan nggandoli. Jalan yang ditempuh adalah mengeliling gunung bromo dari belakang, sehingga agak membingungkan bagi pemula. Sesekali dari kejauhan tampak badai pasir yang bergulung-gulung menjulang ke atas. Tiba-tiba dari arah kanan muncul badai lain yang agak besar berjalan menerjang badai pertama.
Enam bikers PET telah sampai di sisi Gunung Bromo, tampak jalur cadas bekas lelehan larva Bromo, serta kepulan asap panas yg semakin tebal bergulung gulung. Bau belerang semakin membuat was was hati kecil saya.
Di bawah kaki Gunung Bromo terdapat sebuah pura untuk mengadakan upacara adat dan keagamaan. Kami putuskan melewati Bromo langsung ke Cemorolawang tanpa menengok kekawahnya ( hanya naluri ), selain kondisi stamina kami, asap yg keluar dari kawah cukup mencurigakan.

Satu tebingan bukit lagi “Cemoro lawang “ harus kami selesaikan untuk menuntaskan Xpedisi ini.
Bahh..... kombinasi nafas sudah 1 lawan 1 artinya : 1tarikan dan 1 hembusan.
Dari arah atas tebing seorang Pesepeda keliling Dunia asal Jerman turun mau gowes menuju arah balik kami ( ke ranupani ), kita sempatkan ngobrol basa basi sesama biker…akhirnya saling salam mengucap berpisah...dan pesan hati hati.
Satu Biking adventure yang dahsyat..dikomplek pegunungan Tengger yg Exotic. 
Mudah-mudahan ini bisa menjadi INSPIRING bagi kita.

Dan  gowes kami berakhir disini



Selasa, 29 Maret 2011

GOWES DI BROMO TENGGER SEMERU

SERRIE : WONOKITRI - PANANJAKAN
wrote by Fadli : November 2010
Dikejar deadline … he he he kayak wartawan aja yah. Kalau Saya merasa kesulitan melukiskan dalam bentuk kata-kata kisah perjalanan bersepeda Bromo – Tengger – Semeru yang dikemas dalam Tour De Bromo, bukan karena sudah lupa, tapi lebih karena bingung dengan adukan berbagai pengalaman menegangkan, lucu dan ah pokoknya seru abis.

Kisah perjalanan yang Saya buat dalam 3 episode sesungguhnya telah rampung, tapi setiap membaca ulang selalu saja terasa ada yang kurang pas, bongkar pasang dan lalu tetap saja belum mencerminkan keadaan yang telah Kami jalani berenam. Ujung-ujungnya kembali Saya merasa belum pantas untuk direlease.

Cuma karena deadline tadi, apa boleh buat …

Kisah pertama tentu saja seputar kedatangan Kami di Surabaya. Pesawat Lion mendarat dengan mulus & berselang sekitar satu jam tigapuluh menit Kami tiba dirumah Cak Nandar.

Di Surabaya tentu tidak lengkap jika tidak diisi dengan jelajah kuliner. Banyak macam & tawarannya, semuanya indah dilihat, enak dimakan & yang terpenting harganya cukup kompetitif alias murah meriah. Yang baru Saya tahu rupanya di Warung Soto GUBENG Pojok Jl.kusuma bangsa, selain daging juga tersedia tulangan dalam kuah yang sama.

Selesai menyoto, Kami lalu berburu onderdil sepeda yang tersedia dibegitu banyak toko yang bertebaran diseantero Surabaya, hal ini sekaligus memberi bukti bahwa arek-arek Suroboyo telah menjadikan bersepeda sebagai gaya hidup, sipplah. Bergegas kembali ke rumah Cak Nandar, Kami lalu membongkar bagasi kiriman sepeda, merakitnya kembali & memastikan sepeda dalam kondisi laik jalan & siap tempur.

Kalau Saya cuma butuh rotor, Irwansyah cuma perlu mengganti ban, Cak Nandar, Dedy & Murjono tinggal merakit ulang, maka lain dengan Boyke, Mongosee yang tinggal frame benar-benar harus dibangun dari nol, akibatnya hingga malam hari terus saja timbul kekurangan, ada-ada saja. Sekali lagi untungnya Kami berada di Surabaya, meski jam menunjukkan sekitar pukul 9 malam, mencari onderdil tambahan masih tersedia di toko sepeda yang buka hingga pukul sepuluh malam.

Keesokan harinya dijalan depan rumah Cak Nandar telah parkir 3 buah mobil yang akan mengantar Kami ke Wonokitri. Sepeda yang telah dirakit, kembali dipreteli ban-bannya. Diatur sedemikian rupa agar tetap dalam kondisi aman.
Setelah berdoa, Kamipun berangkat. Wonokitri adalah sebuah dusun persinggahan yang berada diketinggian berkisar 2000 meter dpl. Jalan yang terus menanjak, tidak cukup luas ditambah dengan kabut yang sesekali menghalangi pandangan.

Kami tiba disebuah parkiran, tempat dimana penginapan yang akan Kami singgahi juga berada. Pilihan yang strategis. Bongkar-bongkar, rakit-rakit & pilih-pilih kamar yang akan ditiduri semalam ini. Sebagai kepala rombongan, Cak Nandar mulai pasang radar mencari tahu cara mobilisasi esok subuh ke Pananjakan, melihat matahari terbit.

Hujan yang terus mengguyur sedari Surabaya belum lagi menampakkan tanda-tanda akan berhenti. Bersama gerimis tipis, Kami menyatroni seputar penginapan mencari warung untuk makan siang yang telah tertunda. Namanya juga dusun, yah begitulah adanya … rawon yang disuguhkan cukup enak untuk perut yang sedang lapar, cuma jangan bandingkan dengan rawon setan atau rawon nguling, jauhlah itu.

Sore hari hujan kembali mendera deras. Entah gimana caranya, malam hari oleh penginapan, Kami disuguhi nasi goreng, telur matasapi & yang unik adalah tempe penyet dengan sambelnya yang sungguh menggiurkan,pedes, uennak & minta tambah satu porsi cobek besar lagi.

Di Wonokitri semua terjadi berdasarkan transaksi ekonomi yang cukup ketat, minta air panas untuk mandi tambah sepuluh ribu, minta arang untuk pendiangan tambah lagi sepuluh ribu, dan ulah calo-calo yang terus saja memepet menawarkan angkutan ke Pananjakan yang hanya boleh disediakan oleh pihak koperasi setempat,sungguh membuat tidak nyaman. Kondisi ini menyebabkan harga menjadi tidak punya acuan yang jelas.

PENANJAKAN
Begitulah Kami akhirnya bersepakat menyewa sebuah jeep hardtop yang akan diisi oleh dua orang ladies, Pananjakan, Savana, Cemoro Lawang & berakhir di Lava View seharga Rp. 500 ribu. Untuk Kami para bikers, sebuah mobil pick up, Pananjakan – Balik ke penginapan – Kandangan seharga Rp. 350.000,-.
Sekitar jam 3 dini hari Kami menuju ke Pananjakan yang berketinggian sekitar 2700 meter dpl. Alam rupanya mau bersahabat dengan Kami, hujan berhenti berganti dengan langit cerah berbintang. Di Pananjakan manusia sudah mulai menyemut, meski belum beranjak ke titik teratas yang harus ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 100an meter.

Saya & Irwansyah yang kebetulan membawa senter tak mau berlama-lama segera menaiki satu demi satu anak tangga menuju puncak Pananjakan. Langkah Kami kemudian diikuti oleh yang lainnya, diatas Kami mencari posisi yang paling startegis untuk menikmati matahari terbit.
Sunrise at Volcano Complex
by Isnandar 16 nOv 2010

Bromo-Tengger-Semeru National Park, East Java, Indonesia
The national park is named after its two mountains, Mount Semeru (the highest in Java at 3,676 metres), Mount Bromo (the most popular) and the Tengger people who inhabit the area.

The park also includes large areas which are very lush and green fed by rivers from the high tops. The medium elevations are clad with much thinner forest before this gives way to the barren plateau and peaks.
When timing any activities in the area, bear in mind that sunset is soon after 5 PM and sunrise is correspondingly early at around 5:30 AM. This means you will usually need to get up by 3:30 AM or so to get to a watchpoint in time for dawn.

If a landscape was ever needed to demonstrate the meaning of the phrase desolate beauty, then this is surely it. Rugged, barren volcanic peaks, gravel plains and that sea of sand. Truly unworldly.

Nyaris setahun TOUR DE BROMO TENGGeR SEMeRU direncanakan PET Biking Adventure, bahkan pada bulan bulan terakhir ada teman yg sampe sampe terbawa dalam mimpi, terbayang dan penasaran tentang kebenaran adanya Kawasan BTS yang konon sungguh sangat eksotis ..terutama Ranupani yg berada di punggungan G.Semeru.

Sedikit demi sedikit disetiap bulanya uang yg sengaja disisihkan untuk event ini ditabung disatu account tersendiri secara hiden, agar pada saatnya tidak mengganggu stabilitas perekonomian “Menteri Keuangan” [he...he..yg ini adalah call sign istri kita..buuiihh] dasar menteri keuangan..dimana mana perhitungannya njlimet.

Sungguh "kee..ter...lalu....an" pabila menjelang hari H justru dianulir tidak jadi berangkat gara gara hiruk pikuk berita di TV bahwa semua gunung berapi lagi RESE.


Mulai G.Merapi yg diare dan mencret mencret ndak kunjung mampet, Krakatau yg terus memuntahkan awan panas...eh ..ujug ujug Bromo dan Semeru yg merupakan TO [target operasi] kami ikutan rese...dan Muyek.
Terjadi polemik bathin diantara peserta.

antara obsesi yg sudah mengkristal di otaknya melawan berita TV yg terus digeber setiap sore, ditambah lagi “menteri keungan” yg padahal tidak ikutan mengucurkan sepeserpun APBN, malah ikutan ...menjadi handicap, ngerecokin, hingga semakin menjadikan butek dipikiran. Meeting secara diam diam layaknya meeting partai terlarang di Mabes semakin intens kita lakukan membahas hal ini.

Sungguh terlebih TERLALU, apabila kita yg indonesia tidak tahu BTS sedangkan para wisatawan, adventure dan MTBer penjuru dunia sudah pada berdecak kagum tentang exoticnya BTS.

Suatu saat pada ngumpul komplit...para peserta Tour BTS,

Saya sempatkan telpon P.Tasrif, Kades Ds.Ranupani yg nomer Hpnya sudah saya punya, untuk menanyakan kondisi terakhir disana.

Begitu selenting mendapat khabar bahwa Ranupani aman, secepat itu HP saya speaker agar semua pada denger termasuk menteri keuangan yg ikutan nguping disamping kami (mungkin dlm hatinya mudah-2an batal) ......rasain loe. Tidak ada lagi alibi yg kuat untuk menganulir Tour yg sudah lama kita gagas berbukan bulan ini.

Dan akhirnya sepakat bulat kami berangkat Kamis malam 4 Nov 2010.jam 00 dinihari ( pada saat gencar-2nya berita TV mengenai larangan ke BTS]

lewat darat ke Bppn untuk mengejar Lyon yg pagi hari.

sedangkan sepeda dan equipment pendukung gowes lain, sudah kami packet lewat titipan kilat

Awalnya dari sekadar ngobrol ngalor ngidul sambil ngopi di Mabes PET Biking Adventure tentang beberapa tempat eksotic yg memungkinkan tidak saja bisa untuk treking tapi juga bisa digowes dengan sepeda. Sampai akhirnya mengerucut pada satu tempat yakni BTS – Bromo Tengger Semeru, lagian jalur normal wisata situs ini betul betul saya kenal dengan baik ditambah kontak person didesa desa sekitarnya banyak yg saya kenal. Ujug ujug pada penghujung schedule yg tinggal hitungan puluhan hari, muncul ide baru dari teman-2 agar mencari jalur alternative yg tidak normal dilalui wisatawan...[terlalu umum kilah mereka] tapi masih memungkinkan untuk digowes... bukankan jalur treking (setapak untuk penjalan kaki ) juga otomatis bisa dilalui sepeda MTB...lagi lagi teman teman berdalih sok logika. Lokasi yg akan digowes disamaratakan kayak dikampung sendiri.

ini gagasan gowes yang gila....
memilih jalur yg bener-bener gila...
digowes oleh 6 orang yang menurut saya memang sudah setengah gila...bin sinting

namun demikian dalam hatiku setuju poll,
yg beginian ini baru ada sport jantungnya...asyiiik berat
setujuuuu

Dari peserta awal yg resgister 16 orang
entah karena urusannya ruwet dg birokrasi rumahtangga
entah kesempatannya tidak ada, hingga pesertanya menyusut jadi 6 ekor doang yg melakukan paid.
Ahhh....masak bodoh , yg 6 ekor ini betul betul biker pejantan cukuplah.

sungguh tidak mudah untuk meng-organizer adventure ini
betapa tidak..kita yg berdomisili diujung kalimantan timur harus meng Xplorasi BTS..
hanya berbekal secarik maping dan sepenggal informasi dari teman-2
MTB Unlimited....Surabaya

Tidak tanggung tanggung jalur yg akan kita Xplore

Etape 1 : Ds.Wonokitri – Ds.Tosari – Ds.Kandangan di Kab.Pasuruan – Jarak Ijo – Gubuk Klakah / Ngadas Kab.Malang terus ke Jemplang – Bantengan – Ds.Ranupani di Kab.Lumajang (bermalam)

Etape 2 : Ranupani –Bantengan – Jemplang – Bromo –Cemorolawang.
3 kabupaten sekaligus.

Tidak usah anda ikutan menghafal karena saya yakin desa desa itu pastinya tidak anda kenal, terkecuali anda terlahir sebagai orang Tengger atau dulunya anda terlahir di Poncokusumo.

Namun saya ingin yakinkan hampir semua desa itu terpisah dari gunung satu dan gunung lainnya artinya untuk menyelesaikan 1 etape saja kami harus melewati beberapa gunung.

Uniknya jalur ini memang ngitari pegunungan Tengger yang terdiri dari beberapa gunung, mulai dari G. Mungal, G. Widodaren, G. Watangan, G. Kursi, G. Bromo dan G. Batok. Jika selama ini keindahan Bromo hanya disaksikan dari puncak G. Penanjakan dan dari arah Cemoro Lawang, Xpedisi kali ini menyingkap tabir keindahan Bromo dari sisi yang berbeda dan berhenti Etape di Ds.Ranupani (G.semeru )

bahhh...sungguh berat beban moral ini..
sedangkan saya sendiri walaupun Bromo Tenggar Semeru sudah dibilang Qatam
namun khusus jalur ini saya 1/2 buta....1/2 meraba raba...
buta maping dan budayanya serta kondisi keamanannya...dan justru inilah kedahsyatan adventure kali ini...
saya tidak setuju apabila ini disebut TOUR

ini murni Xpedisi..
apabila kompleks BTS yg berbentuk kaldera itu dianonimkan menyerupai mangkok raksasa [ big rim] berdiameter sekitar 8- 12 km, sedangkan G.Bromo, G.Batok, G.Widodaren, G.Watangan ada didasar mangkok, kami akan mengitari dibibir atas mangkok itu, dibibir kaldera Tengger itulah akan kami gowes.
membayangkan kemiringan kaldera dan jurangnya, hmmmm semiring otak yang sedang gowes meniti kalderanya.

maping dibawah menggambarkan kaldera BTS ( garis hitam tebal adalah ring rims kaldera BTS ) jalur yg sudah digowes MTB Unlimited....
Dari merekalah ide gowes dijalur ini...thanks MTB unlimited
percaya sepenuhnya kepada ketua suku...
bahhh...sungguh berat beban moral saya..
sedangkan saya sendiri walaupun Bromo Tenggar Semeru sudah dibilang qatam
namun khusus jalur ini saya 1/2 buta....
buta maping dan budayanya serta kondisi keamanannya...

dan justru ini kedahsyatan adventure kali ini...
saya tidak setuju apabila ini disebut TOUR
ini murni ADVENTURE

BROMO TENGGER SEMERU
Diluar keindahan alamnya, budaya dan peradaban orang orang Tengger, tidak habis-2nya apabila kita membahas.
Bercampur aduknya sejarah dan legenda dalam kesejarahan masyarakat Tengger melengkapi sisi pelbagai ”misteri” BTS. Misalnya, misteri manusia kerdil berkulit hitam di Hutan Ireng-ireng di lereng Gunung Semeru. Misteri bahwa puncak Semeru yang disebut Mahameru adalah tempat bersemayam para dewa, belum lagi misteri pura dan prasasti prasasti peninggalan yg masih bisa kita temukan di BTS. Mungkin sisi ”misteri” ini justru bisa menambah daya tarik BTS
.
HONG ULUN BASUKI LANGGENG........

Masuk wilayah Tengger, Singkat cerita kita loading di ds.wonokitri didepan Bale Agung, kemudian masuk penginapan yg hanya berjarak 10 meter dari situ….
udara dingin langsung menyerbu badan dibalik baju kita yg masih stel kotaan….brrrrrrr…kretek kretek…tulang pada mengkerut…termasuk tulang ekor kita ( hahh?? :? :? ……punyakah )
Buruan masuk penginapan dan pakai jaket tebal kemudian cari warung mau make up recervoir (perut) yg udah kosong neh
Jangan bayangin kita nginap di hotel bintang atau melati…penginapan disini sangat sederhana sekali bahkan kasur dan bantalnya seolah berasa basah dan lembab…demikian juga warung dan makanannya…
Tapi nikmatnya…hmmm…nyem..nyemmm

Pagi buta jam 03.00 rencana qta diibangunkan sopir jeep yg akan membawa ke G.Penanjakan untuk menanti datang Sunrise…
Nyatanya jam 1 malam di pelataran Bale Agung samping pengnapan kita udah berjubel mobil dari seluruh penjuru kota yg akan ke G.Penanjakan.
Dominan bule bule dengan para guidenya dengan kendaraan berpelat nomer aneka ragam

Ngga bisa tidur lagi, suara knalpot jeep meraung raung dipagi buta itu…
Bangun ahh..tyernyata yg lain udah pada nongkrong juga didepan rumah dengan secangkir kopi…dan…sruuppp…sebatang Djie Sam Soe
Yuup …enak.... sekali…gabung ahhh…
Jangan punya pikiran menyentuh air untuk mandi ..wuiih..sedangkan air panas dari sowerpun tidak mampu unjuk kebolehannya untuk menggerayangi badan…gosok gigi..sruput kopi yg sudah cepat dingin dan telur rebus secara kilat….belum habis sebatang rokok Sampoerna merah gw, jeep sudah mo geber berangkat…yuuup…cabut. …
Penanjakan…kami datang…


ETAPE 1
WONOKITRI - DS.KANDANGAN - JALUR PENYIKSAAN

Puas menikamati BTS dari view point G.Pananjakan kita langsung geber balik ke Ds.Kandangan untuk tujuan Ranupani dengan route sama sekali ngga jelas.
Yg kita tahu... ehh denger jalur ini bisa tembus ke Ds.Gubuk Klakah / Ds.Jarak Ijo dengan menyisir punggungan gunung Keciri, G.Mungal, G.Watangan, G.Widodaren serta G.Ider ider sampai ketemu Jemplang dan Bantengan.

Ide memakai Indian local pencari jejak / alias petunjuk jalan kita lakukan sponatnitas didesa ini, hasilnya …diluar dugaan…
Para pengantar yg profesi aslinya adalah petani / bukan tk.ojek rata-2 memakai motor GL Pro tidak kita temukan yg berani menembus jalur ini.
Entah karena apa..namun dari Xpresinya menunjukan kecemasan yg sangat kentara.
Sempat hampir putus asa..mencari yg mau
Kami gedor rumah penduduk yg jarak nya saling berjauhan itu satu persatu, hasilnya adalah gelengan kepala.
Untuk akhirnya ada seorang anak muda Tengger namanya klo ngga salah HANDOKO, menjawab kegalauan kami.

Handoko : monngo pak kulo rencangi ning kulo nyuwun rencang melih
Plong rasanya, okey silahkan membawa teman membantu 2 orang atau 3 orang pun woookey aja.


Handoko : 300 rb Pak untuk 2 orang pelacak jejak
Saya langsung wookey saja ( walau dalam hati ) sempat JANCUK..ojek apaan neh mahal banget, tapi kepercayaan saya terhadap orang tengger tidak diragukan kesungguhannya menepis keraguan kecil itu.
Belakangan setelah finish di Ranupani baru terjawab bahwa upah yg Rp 300.000 itu sungguh tidak sebanding dengan perjuangan yg mereka berikan untuk menyisir punggungan bukit BTS ini.

Baru pembukaan kita sudah harus beradu nafas dengan tanjakan makadam batu hitam yg licin karena kabut, selama 40 sampai 60 menit dibalik bukit Ds.Kandangan…jangan ditanya jarak deh…udah pada pikun..
Panglima Polem (irwansyah) sempat down di uphill ini dan Dedy terjungkal tidak jelas disebabkan apa, boil yg memakai sepeda Free Ride yg hanya enak untuk downhill ( salah spec) jangan ditanya lagi…mukanya udah kayak mo beol.
Menit demi menit kita climbing dengan semangat kami yg masih militant. …busss…buss..kemposs teruss…justru ini ngebuat kami semakin drop.
oxygen yg tipis karena kita lagi riding di 2300 mdpl, berakibat knalpot di dada rasanya mau terbakar. Jangan ditanya ngilu dan pegelnya kaki….Santa Cruz superlight, juga sama aja beratnya dengan sepeda butut dari besi milik Umar Bakrie….huuuhhh…
Tanjakan itu diakhiri suatu kelokan tajam dimana pandangan kita terhalang tebing tinngi yg menutupi landscape berikutnya…sehingga sulit diprediksi sampai kapan PENYIKSAAN ini berakhir…aduh biyung…
Sampai akhirnya bisa juga kami selesaikan.
dan cesss…udara dingin sekali menerpa…
Land Scape BTS bisa kita pandangi sepuasnya,...sepenuhnya dari arah Barat Selatan, bak SANGRI LA atau penggalan Surga langsung seolah dihamparkan didepan mata kita dengan kuntur kemiriangan yg mendekati 45 deg.
Kemiringan tanah yg demikian menjadikan seolah kita menikmati sebuah lukisan raksasa.

RIDING ABOVE THE CLOUD
Dahsyat....n keren polll
berjuta ungkapan rasanya masih belum bisa mencitrakan keindahan alam BTS ketika kami berenam menyusuri Jalur Keciri – Jarak Ijo – Jemplang.
Jalur Single track yg menyisir punggungan beberpa gunung itu…seolah kita Riding Above The Cloud....Gowes diatas awan

Jalur ini memutari pegunungan Tengger pada pinggiran kalderanya, terus memutari dan menyisir beberapa gunung, mulai dari G. Mungal, G. Widodaren, G. Watangan, G. Kursi, G. Bromo dan G. Batok. Jika selama ini keindahan Bromo hanya disaksikan dari puncak G. Penanjakan dan dari arah Cemoro Lawang, petualangan kali ini menyingkap tabir keindahan Bromo Tengger Semeru dari sisi yang berbeda.
Mengingat jalur yang cukup panjang dan cuaca di sana yang sulit diprediksi. Jalur kandangan - Keciri lengkap untuk MTBer, mulai jalanan makadam, jalan tanah hingga single track yg tidak ada putusnya.

Pemandangan alam yg indah tersaji di kanan kiri kita, mulai kebun sayur hingga indahnya perbukitan Widodaren dan Tengger yang menghijau di musim hujan.
Kami berenam sangat menikmati Xpedisi ini,
riangnaya gowes ketemu single trek yg aduhai, indahnya pemandangan dan dinginya udara sekitar yg bewrkabut membuat kami beberapa kali berhenti untuk berfoto mengabadikan momen indah yang hanya kami dapatkan disana. Hal ini menjadikan perjalanan menjadi benar-benar fun,menyenangkan dan penuh kebersamaan. Tengah hari kami pun sampai di pertigaan Jemplang yang merupakan persimpangan ke arah Ranu Pani - Ngadas – dan Padang Savana Bromo.
Puas melahap jalur single track di atas punggungan bukit, kami pun melibas teriknya matahari dan beratnya medan paving block G.Bantengan.
Namun sekali lagi keindahan BTS lah yg tidak bisa membuat kami merasa lelah dan bosan. Cantiknya bukit Teletubbies dan hamparan lautan pasir yang merupakan kaldera terluas ini dilihat dari atas puncak Bantengan, merupakan anugerah yang tak bisa kami lewatkan begitu saja.
click di : http://crosser-terrain.blogspot.com/2011/03/ranupani-jemplang-bukit-teletubies.html