Home Page

Rabu, 30 Maret 2011

GOWES : RANUPANI - CEMORO LAWANG

Merupakan etape terakhir dari target gowes  kami : Tour De Bromo Tengger Semeru
Etape ini akan melewati : Bantengan - Jemplang - Savana / Bukit Teletubies-segoro wedi - Cemorolawang

RIDING DI CERUK BUMI
Pengalaman gowes yang sungguh tidak akan terlupan, sepanjang jalur yg relative flat ini, kita dimanjakan panorama alam BTS lengkap dengan atraksi perubahan cuacanya dari menit ke menit.
Kita seolah riding melintas disebuah ceruk - antara dua tebing bumi YG tinggi atau seolah mirip sebuah samudra yg terbelah oleh tongkat Moses.
Kami berenam terus melaju berkejaran dengan kabut yg silih berganti, gulung menggulung berkejaran dengan pusaran angin di lembah Teletubis ini.
Sungguh eksotic, namun demikian jalur yg indah bak Shangri La ini jangan sekali sekali dipandang enteng.
TERIAK DALAM HENING
Sunyi senyap tanpa suara, kecuali desiran angin lembah yg bernuansa misteri
Gulungan kabut yg turun seolah ingin melumat kami
seolah ingin mennggerogoti nyali kami
bahkan degub jantung kamipun seolah teriakan dalam hening

Lembah savanna yg hijau berkabut ini, setiap saat akanbisa berubah menjadi penuh tantangan bagi seorang Goweser atau pendaki berpengalaman sekalipun.
Keindahan alam sepanjang jalur ini, membuat kita semua lupa apabila sedang ber adventure dengan sepeda…..semua sepeda nyaris ditinggalkan, untuk kemudian berpose …jepret jepret kamera ambil photo diri berlatar belakang BTS.
Sampe sampe salah seorang dari kami mendaulat ini adalah jalur NARSIS
Apabila anda backpacker, jalur ini juga bisa anda trekking dari Kota Malang menuju Tumpang dengan mobil pribadi atau angkutan umum, disambung dengan mobil JIP atau Truck Sayuran menuju desa Ranu Pani. Di Ranu Pani terdapat Pos pendakian dan dua buah danau (ranu) yang sangat indah, yakni Ranu Pani dan Ranu Regulo disebelah bawah. Desa Ranu Pani masuk dalam wilayah kabupaten Lumajang, yg bisa juga ditempuh dari kota Lumajang lewat Senduro.Seringnya kabut dan perubahan cuaca sebaiknya treking atau gowes dilakukan pagi-pagi. Bagi pendaki dan back packer ada jalur alternative yg lebih menantang selain lewat Jemplang, yaitu Luk Selawe, sangat curam karena dari post Bantengan langsung turun ke padang savana.Kami sendiri memilih lewat Jemplang yg relative lebih landai, untuk menembus Bromo.
Gowes atau trekking dari desa Ranu Pani atau desa Jemplang ke Bromo, berdurasi kisaran 2 sampai 3,5 jam. Karena : saya yakin selain capek Gowes anda juga cape berfoto.
Pemandangan di situs ini bagai sepenggal surga yang sengaja disempilkan oleh yg kuasa ke Bumi Tengger. Perjalanan sangat berbahaya bila dilakukan sore atau malam hari atau siang hari tapi cucanya gelap, karena jalanan tidak terlihat dan banyak sekali terdapat anjing liar ( baca srigala) yang dapat menyerang kita setiap saat, karenya sebaiknya bagi yg treking membawa tongkat.

Gowes dari Jemplang, langsung disambut dengan jalan turunan paving block yg panjang dan menyisir bukit yang sangat curam, sedikit perlu berhati-hati karena selain jalurnya sempit berkelok kelok pada sudut sudut kelokan juga tertutup oleh semak-semak yang tinggi.
Capek melakukan pengereman...heee...heeee ..walaupun brake set sepeda qta sudah memakai hydraulic system.
Downhill ini memanjang sejajar mengelilingi kompleks gunung Bromo mengiris tebing gunung Ider ider dan Bantengan, dengan ketinggian antara 600-800 meter, dan bergaris tengah 8-10 km, membentuk kaldera. Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera antara lain; G.Bromo (2.392m) G. Batok (2.470m) G. G.Kursi (2,581m) G.Watangan (2.662m) G.Widodaren (2.650m).

Di gunung Widodaren terdapat sebuah gua dengan batu besar di dalamnya sebagai tempat orang bersemedi dan sebagai tempat untuk menyimpan sesajen. Di dalam gua ini mengalir mata air yang tidak pernah kering...sayangnya kami tidak sempat mampir kesini.
Sesampai di bawah bukit kita sudah disambut oleh padang savana yang cukup luas. Sangat luas dan memanjang menuju ke Gunung Bromo, diapit oleh bukit dikedua sisinya, memantulkan suara angin sehingga terdengar mistis agak menakutkan.


Kami berenam , istirahat sebentar di padang savana di bawah bukit Teletubies, tampak sebuah Jip melintas ditengah padang rumput dari arah Gunung Bromo yang kemudian disusul oleh sebuah sepeda motor yang menyisakan deru dibelakang karena suasananya sangat sunyi.
Pemandangan ini sedikit menghibur karena ditengah padang rumput yang luas, dingin dan sangat sepi yg mencekam karena kawatir kawanan anjing liar yg biasa ada disetiap padang Savana.

Setelah gowes sekitar 2 jam melewati padang rumput yang luas, serta menikamati atraksi perubahan cuaca yg silih berganti anatara panas – kabut dan hujan, kita tetapkan etape recovery, untuk menghimpun tenaga menjelang padang pasir yg tentu membutuhkan tenaga extra.
Ditengah padang rumput kembali lewat sebuah mobil bak kecil mengangkut penuh sayuran dengan beberapa penumpang diatas sayuran. Terasa senang sekali berjumpa dengan sesama manusia di tempat asing seperti ini.
Perjalanan bertambah berat dengan melewati lautan pasir, matahari tepat berada diatas kepala, walaupun dikulit kita masih berasa dingin sekali karena hembusan angin.
Padang pasir yg kita takutkan dan antisipasi panas terik ternyata dingin dan membuat kita menggigil.
Sedikit curiga karena Jip jip yang sering saya temukan di padang pasir ini sangat jarang terlihat. Belakangan setelah di pos jaga, baru saya tahu bahwa kawasan ini sudah dinyatakan tertutup karena aktivitas Kawah Bromo sudah status AWAS.....busyettt...banget deh...
Semakin menapak ke lautan pasir kayuhan kaki semakin berat saja, seolah ada peri atau mahluk lain yg nyedot dan nggandoli. Jalan yang ditempuh adalah mengeliling gunung bromo dari belakang, sehingga agak membingungkan bagi pemula. Sesekali dari kejauhan tampak badai pasir yang bergulung-gulung menjulang ke atas. Tiba-tiba dari arah kanan muncul badai lain yang agak besar berjalan menerjang badai pertama.
Enam bikers PET telah sampai di sisi Gunung Bromo, tampak jalur cadas bekas lelehan larva Bromo, serta kepulan asap panas yg semakin tebal bergulung gulung. Bau belerang semakin membuat was was hati kecil saya.
Di bawah kaki Gunung Bromo terdapat sebuah pura untuk mengadakan upacara adat dan keagamaan. Kami putuskan melewati Bromo langsung ke Cemorolawang tanpa menengok kekawahnya ( hanya naluri ), selain kondisi stamina kami, asap yg keluar dari kawah cukup mencurigakan.

Satu tebingan bukit lagi “Cemoro lawang “ harus kami selesaikan untuk menuntaskan Xpedisi ini.
Bahh..... kombinasi nafas sudah 1 lawan 1 artinya : 1tarikan dan 1 hembusan.
Dari arah atas tebing seorang Pesepeda keliling Dunia asal Jerman turun mau gowes menuju arah balik kami ( ke ranupani ), kita sempatkan ngobrol basa basi sesama biker…akhirnya saling salam mengucap berpisah...dan pesan hati hati.
Satu Biking adventure yang dahsyat..dikomplek pegunungan Tengger yg Exotic. 
Mudah-mudahan ini bisa menjadi INSPIRING bagi kita.

Dan  gowes kami berakhir disini



Tidak ada komentar:

Posting Komentar